Wednesday, April 14, 2010

Kawah Putih Tutup, Situ Patenggang Pun Manstuff!

Hello again? It's been so long since my last post. I'd been attacked by a huge wave of laziness and some works. About two weeks ago, i visited my Grannie in Sumedang. Since I'm almost get killed by the boredom, me and my sista goin for a trip to Bandung, to Kawah Putih, Ciwidey. After a long and tiring trip, with my sista's boyfriend driving. We arrived. Yay. Unluckily, Kawah Putih is being closed until further announcement. Just like we about to dissappointed, the rain poured heavily at all of a sudden. What a 'Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Pula' state we were.


But then, my sista's boyfriend told us a brillian idea to go to Situ Patenggang since we already came that far. What a saviour! So, here they are...proudly brought to you...The Situ Patenggang...

Let's slide down! To that tiny land of Wonders...

Arr...Let's sailin, Lad! To the Island of Wonders..

Yayy, we're sailing! Uhm, can't decide which song shud I sing: Row Row Yerr Boat or Nenek Moyangku Seorang Pelaut?

Darataaan...ups salah, Bukitaaan. *teng teng teng teng...Perhatian-perhatian, silakan kencangkan sabuk pengaman Anda dan tegakkan sandaran duduk Anda, perahu akan segera menepi.

Oww, so this is the Island of Wonders we saw from up there..
Landing. Say Hi to the tree of solitude...

What is that? Some kinda historical site? Let's go down there and take a look closer...

The Mamang2 said this is the site of Batu Cinta. A legendary spot where 2 lovers unite once again after being separated. But, as u can see, Batu Cinta is drowned for about 4m because of the heavy rain since past few days.

Enuff with the Island. Let's go back to our starting point...

Passing below the Tree Tunnel...and i don't know why I suddenly feel the urge to sing the Istana Boneka hymne

OMG! Flood. Look at those two poor trees getting drowned.

Arrived. Let's go back to home, coz we're officially conquer the Situ Patenggang. *Ayy..ayy, Captain!

Thursday, March 18, 2010

Cinderella & The Black Bra



 Sial. Lagi-lagi sial.  Cinderella mengutuk dirinya sendiri. Ia benci membiarkan dirinya terjebak bersama saudari-saudarinya yang brengsek. Dan tentunya sang Ibu Tiri yang juga seorang mucikari. Hello, ini sudah tahun 2010, memangnya masih ada cerita Cinderella ya? Ia bertanya dalam hati dan ketika ia melihat dirinya di cermin. Shit! Ini nyata.  Ia mencubit pipinya. Aww, sakit!

Baru 5 detik ia menikmati kemewahan mencaci dirinya sendiri. Tiba-tiba… “Cin…bawa bir-bir itu kesini!”, suara parau yang khas akibat kebanyakan merokok dari sang Ibu Tiri melengking menggema dan memantul dari setiap dinding rumah itu, dan tujuannya hanya satu, masuk ke telinga Cinderella.

Cinderella menggerutu, menggumam sembari membawa sekerat bir ke ruang judi tempat favorit sang Ibu Tiri memperdaya lelaki-lelaki hidung belang yang bodoh itu. Entah bodoh, entah terlalu mabuk. Aku pun tak peduli. Aku meletakkan sekerat bir itu di meja, ketika sebuah tangan penuh bulu-bulu kasar, keriting dan lebat berusaha memelukku. Untungnya sang Ibu Tiri segera menghardik pria itu dan menyerang ego kelelakiannya. “Hey tua bangka, seleramu ternyata seorang budak hah?!”. Pria itu mendengus di tengkukku dan tercium semilir bau busuk alkohol bercampur rokok. Dalam hati aku berterima kasih pada ibu tiriku dan segera kembali ke istanaku. Ruang bawah tanah.

Aku bergegas melewati kamar saudari tiriku yang tertua, Diana. Terdengar jelas suara desahannya dari dalam kamar. Dasar jalang!  Entah itu pria atau mungkin wanita keberapa yang memuaskan nafsunya untuk hari ini. Dia tidak peduli, pria atau wanita, yang penting mereka membawanya ke puncak surga dunia. Mendengar hal itu, membuatku semakin ingin muntah. Ah, akhirnya sampai juga di istanaku yang lembab, pengap dan bau busuk.

“Ibu peri! Hei ibu peri! Kalau kau memang ada! Muncullah!”, aku ingin tertawa sendiri mendengar kata-kata ini meluncur dari bibirku. Aku tidak percaya hal gaib, tapi tidak ada salahnya bukan mencari setitik harapan. Aku menunggu. 5 detik. 10 detik. 15 menit.

Baru saja aku akan membodoh-bodohi diriku sendiri karena dengan bodohnya berharap masih ada Ibu Peri di jaman seperti ini. Tiba-tiba, terdengar suara gamelan Jawa yang membuat bulu kudukku berdiri. Bukankah tadi aku memanggil Ibu Peri dan bukannya Nyi Roro Kidul?!

Sekonyong-konyongnya, aku melongo. Melihat sesosok perempuan dengan rambut yang disasak tinggi-tinggi, bermake-up tebal, dan berkebaya. Seketika pula istana bawah tanahku dipenuhi harum parfum DKNY Apple Be Delicious, persis seperti milik Diana. Tiba-tiba, suaranya menyadarkan keterngangaanku.

“Hai Cin…sori yaa telat, maklum tadi abis arisan para Ibu Peri, Cin. Anyway, by the way, busway, apa yang bisa Ibu Peri Bantu?”, tanyanya sambil mengikir kukunya. Ah, akhirnya ada sedikit harapan. “Bantu aku untuk keluar dari sini, aku sudah muak menjadi Cinderella yang ditindas. Oke Ibu Peri, layaknya di cerita Cinderella, berikan aku gaun yang indah, dan kereta kuda dan pertemukan aku dengan seorang Pangeran baik hati!”, ucapku mantap tanpa basa-basi ba-bi-bu.

Di luar dugaan, ia tertawa sejadi-jadinya. “Hahaha. Cin…cin, kamu kebanyakan denger cerita sebelum tidur ya. Itu mah basi. Hello, ini 2010 loh Cin! Oke, oke, gini aja sekarang aku akan kasih kamu sedikit keajaiban 2010.”, ucapnya.

Seketika alunan gamelan Jawa kembali terdengar. Menyeramkan. Segumpalan asap putih berkilap-kilap menyelimutiku. Dalam hati aku menggerutu. Hello, 2010 kok masih gamelan Jawa?.  Ia membuka salah satu matanya yang terpejam dan ia berkata, “Hei, aku denger loh.”

Tiba-tiba, aku sudah berada di halaman rumah dan memakai gaun seksi yang mewah layaknya koleksi para designer berkelas dunia. Dan disampingku terparkir sebuah limousine mewah, lengkap dengan seorang supir berkelas yang memperlakukanku layaknya kalangan ningrat. Dan di tanganku, sebuah undangan mewah Gala Dinner kalangan ningrat.

“Oke, gaun seksi itu dan limousine semuanya jadi 5000 US dollar.”, ucapnya sambil tersenyum. Ia seperti bisa membaca sebuah tanda tanya besar di atas kepalaku. “Hello, ini tahun 2010. Gak ada yang gratis lah!”. What! Aku melotot. Tidak pernah terlintas dalam pikiranku, aku akan bertemu dengan Ibu Peri yang matre seperti yang satu ini. “Yaa, kalo km gak sanggup saya sih bisa kasih kamu yang gratisan. Tapi yaa, saya gak jamin aja akan ada esmud yang bakalan ngelirik kamu di Gala Dinner nanti dan merubah hidup kamu.”, ia memejamkan matanya dan kembali segumpalan asap putih berkilap-kilap menyelimutiku diiringi suara alunan gamelan Jawa.

Gaun seksi nan mewah berganti menjadi gaun murahan bekas dari tumpukan baju di Pasar Poncol, Senen. Limousine beserta supir berkelas pun lenyap, berganti sepeda Bike-to-Work yang untungnya masih terlihat bagus. Seketika wajahku memanas, memerah layaknya kepiting yang dibakar hingga well done. “Kampret!”, umpatku.

Aku memutar otak dan langsung teringat satu-satunya yang tersisa dari Ayahku. Sebuah kalung mewah yang selama ini kusembunyikan dari pandangan mata keluarga tiriku. Aku menyodorkan kalung itu, ia melirik dengan dagu terangkat tinggi. Ya Tuhan, sombong sekali Tante Peri ini. Ups, maksudku Ibu Peri. “Hmm, okelah kalo begitu.”, ia menyeringai bagai serigala yang akan memangsa domba kecil yang tak berdaya. Dan seketika, kembali lagi semua kemewahan tadi. Ia tersenyum, dan menjentikkan jarinya. “Karena Ibu Peri baik hati, aku kasih kamu bonus nih, yang akan membuatmu terlihat semakin menawan di depan Sang Milyuner muda.”, ia mengedipkan matanya dan membuatku semakin jengah. Sebuah bra hitam elegan, dengan bordiran yang mewah. Sangat indah, aku sendiri terpesona melihatnya.

“Nah, sekarang pergilah. Raihlah kehidupan barumu. Mimpimu. Tapi Cin…ingat, kamu harus pulang ketika malam sedang berada di puncak kegelapannya. Jam 12 malam. Tepat di saat semua keajaiban ini akan berakhir dan sisanya biarkan takdir yang akan datang menjemputmu.”, usai mengucapkan pesan terakhirnya, Ibu Peri pun melengos pergi dengan matanya yang berbinar-binar kehijauan tak lepas sedikit pun dari kalung peninggalan Ayahku.

Tidak menyia-nyiakan waktu, aku segera masuk ke dalam limousine. Dan pak supir pun langsung membawaku ke tempat Gala Dinner berlangsung. Aku membuka rooftop, dan terlihat sinar bulan yang indah menghinotisku. Bagaikan aktris teater yang sedang berlaga, sinar bulan menyusuri lekuk tubuhku layaknya lampu sorot, mengikuti gerak tubuhku yang sedang berusaha mengenakan bra hitam tadi. Aku menangkap bayanganku sendiri di cermin. Aku terkesima. Indahnya.

Begitu tiba, aku disambut layaknya seorang putri dari keluarga ningrat. Hamparan karpet merah menghantarkanku ke ballroom tempat pesta berlangsung. Semua mata tertuju padaku. Tidak terkecuali, William, sang milyuner muda yang seperti terhipnotis dan berjalan ke arahku.

Jantungku berdegup, memompa darah ke seluruh tubuhku dengan cepat. Ya Tuhan, semoga wajahku tidak memerah. Detik-detik selanjutnya bergulir bagaikan dadu yang bergulir pasti di meja judi. Kami berbicara, kami tertawa, kami berdansa. Kami pun jatuh cinta. Ia mengajakku ke rooftop, tempat pelarian pribadinya katanya saat semua orang menaruh beban berat di pundaknya. Sinar bulan kembali menghipnotis dua insan yang tengah diguyur asmara. Kami saling terpaut, berpagutan, bergulat di antara garis tipis antara cinta dan nafsu.

Tiba-tiba, terdengar suara dentuman jam besar yang mengembalikan kewarasanku. Aku bergegas mengenakan gaunku. Dan pergi meninggalkan William. Shit! My bra!  Ah, sudahlah, aku tidak ada waktu lagi. Selamat tinggal William, semoga takdir akan membawamu menjemputku.

(picture taken from Getty Images, edited by me)

The Story of I, am and writer

At first, it was blank. There is nothing else but an ‘I’. She’s stand still, surrounded by blank. Time goes by. … She became so lonely. I decided to put up a companion for her. Not only just one, but two letters at once, an ‘am’. She’s very pleased. She makes connection with them. It doesn’t take long until they get along. So, you’re no longer feeling lonely aren’t you, ‘I’? ‘I’ and those two letters answer it, Am I? They suddenly jump around the blank. They make their connection as a question. They started to fill the blank with question consists of ‘Am I’. Vertically, diagonally, horizontally, backwards…they took all the possibilities.

One day, a thought crossed in ‘I’ mind. Why ‘am’ being putted on the first place? Why can’t ‘I’ being the first one. In fact, she’s come first before ‘am’, right? Her ego started to take control. She confronts ‘am’, asking for her first place position. ‘Am’ shocked, they never thought ‘I’ would be acting like this. ‘I’ keep pushing ‘am’ to move aside. ‘Am’ trying hard to act calmly. They keep their mouth shut. Until one day, ‘I’ say something that really pissed ‘am’. Brokenhearted into pieces, ‘am’ leaving ‘I’.

Then, another newcomer comes in the blank. A word named writer. I and writer meet their chemistry somewhere along the way. I finally get what she wants. She is always being placed at first place by writer. But, somehow writer feels there something missing between them. Writer tries to figure out. Day slipped into night, and night swept into new day. But still he couldn’t find the missing thing. As writer walk along the corner of the blank, he found the missing thing between him and ‘I’.

The next day, he arranges an appointment with ‘I’. But he’s not alone, he brings someone. ‘I’ was stunned for awhile. She can’t believe her own eyes. It was them. It was ‘am’. Writer starts to sound his thought to ’I’. Writer thinks that he and ‘I’ needs a space of their own, yet they also need something to stick them together. ‘Am’ was the missing thing they needed. ‘Am’ keep their peace in silence. In neutral side. Since then, they live not happily ever after for always. But they live in harmony. Since then, lots of people said I Am Writer.

Stop Domestic Violence!


Di suatu negeri antah berantah, hiduplah Cinta. Barang siapa telah berjumpa dengannya, senantiasa ia akan dipenuhi perasaaan yang berbunga-bunga. Cinta bisa membuat jantungmu berdegup kencang layaknya habis mengikuti lombar lari marathon. Cinta bisa membuatmu diserang penyakit malarindu, lebih mematikan dibanding malaria. Buktinya? Lihat aja coretan-coretan di tembok di jalanan. Cinta ditolak, dukun bertindak. Dan cinta juga bisa membuatmu tersenyum tersipu-sipu tanpa sebab, sehingga orang-orang akan menyebutmu gila. Gila cinta.

Di sisi lain di negeri antah berantah ini pula lah, hidup Dusta. Tidak ada seorang pun yang menyukai dusta. Tidak ada satu orang pun yang percaya pada dusta. Dusta hanya membawa luka. Dusta hanya membawa celaka. Dusta hanya menimbulkan paranoid semata. Sehingga, sekali berkata dusta, yang terjadi selanjutnya hanyalah tambal sulam dengan dusta-dusta yang lainnya.

Tidak butuh waktu lama, cinta yang tulus dan polos pun bertemu dengan dusta. Cinta tahu benar bahwa semua kata-kata yang terdengar di telinganya adalah dusta. Tapi, cinta mengalah. Aku terlalu mencintainya. Cinta terluka, tapi ia tak berdaya. Mungkin ini yang namanya cinta buta. Tapi tidak, cinta tidak buta. Ia hanya menutup telinga, akal sehat dan mata hatinya atas semua dusta yang terucap kepadanya.

Hingga suatu hari muncullah Aniaya di antara Cinta dan Dusta. Akibat hasutan-hasutan yang dipenuhi kedustaan, Cinta pun teraniaya. Hatinya luka karena dusta, tubuhnya babak belur teraniaya. Namun, sekali lagi cinta tak berdaya. Aku terlalu mencintainya. Bekas sundutan rokok, tinju mentah dan tamparan keras pun kini menjadi riasan wajah cinta. Dengan berdalih emosi, berdalih cemburu, berdalih ego, berdalih cinta, semua itu dilakukan. Setelah itu, penyesalan dan permohonan maaf tidak akan mengulangi. Klise.

Bukan seperti itu seharusnya cinta. Kita semua ini tidak ada satu pun yang sempurna dan tidak akan pernah lepas dari kesalahan. Hey diam, aku tidak peduli jika kau bilang, "...tapi dia telah melukaiku", atau "...kesalahan dia sangat besar!". Mungkin iya, tapi itu tidak lantas memberikanmu wewenang untuk berdusta dan menganiaya. Coba tanya lagi ke dalam hati, inikah cinta?

Lihatlah perempuan di sampingmu, seharusnya ia memoleskan maskara, blush-on, eyeliner, lipstik dan bedak di atas wajahnya yang cantik. Tapi, lihatlah memar di matanya akibat tinju mentahmu menghitam di matanya. Lihat, darah kental membeku di balik pipinya setelah tamparan keras yang kau lancarkan bertubi-tubi. Bahkan bekas sundutan rokokmu bagaikan pigura yang akan kau lihat untuk waktu yang cukup lama.

Lihatlah pria di sampingmu, betapa banyaknya kerutan di dahinya akibat pertengkaran-pertengkaran dan kesewenang-wenanganmu. Betapa seharusnya ia berdiri dengan penuh wibawa dan bangga di sampingmu, tapi sayangnya kau telah menghujamkan palu godam hingga egonya hancur berkeping-keping.

Coba ingat, kapan terakhir kali kau dan pasanganmu bercanda penuh cinta, bermanja memanjakan, saling mengungkapkan dan mendengarkan. Kemarin? Sebulan lalu? Setahun kemarin? Hmm, sudah tidak ingat kapan?
 Sekali lagi, kita memang hanya makhluk yang jauh dari kesempurnaan. Kita hanya bisa melakukan yang terbaik dengan hati dan akal sehat. So, use it wisely.

Stop domestic violence! Let’s talk with love.

(pictures taken from gettyimages) 

Ikut Lomba Siapa Tau Menang 20 Juta

Ada lomba nih yippie.. lomba bikin logo sebuah rumah sakit. Deadlinenya 24 Maret 2010. Yuk daftar, mumpung gak bayar. Nih, mangga atuh diintip sekilas infonya ^ <,

SYARAT-SYARAT LOMBA DESAIN LOGO

LEMBAGA KESEHATAN BUDI KEMULIAAN


Syarat Lomba

Ø Lomba terbuka untuk masyarakat umum, merupakan Warga Negara Indonesia (punya kartu tanda identitas) dan tidak dikenakan biaya pendaftaran.

Ø Setiap peserta berhak mengirimkan lebih dari 1 logo dengan formulir terpisah.

Ø Peserta wajib mendaftarkan diri dengan mengisi formulir yang dapat diperoleh di Bagian Humas/Sekretariat LK Budi Kemuliaan. Di dalamnya terdapat pernyataan mengenai orisinalitas karya peserta serta syarat dan ketentuan lainnya.

Ø Karya yang dikirimkan harus karya asli yang dibuat oleh peserta, tidak pernah dimuat di dalam media apa pun, tidak pernah diikutsertakan dalam lomba sejenis, dan tidak pernah digunakan sebagai logo event atau organisasi lainnya.

Ø Seluruh materi desain logo harus diterima panitia lomba selambat-lambatnya tanggal 24 Maret 2010 pukul 12.00 WIB.

Ketentuan Lomba

Ø Materi lomba terdiri dari:

1. Desain logo yang tercetak di atas satu lembar art paper berukuran A3. Di dalam lembar itu, terdapat 3 buah logo berwarna (full color) yang tersusun rapi dari kiri ke kanan. Ukuran lebar masing-masing logo tersebut adalah 100 mm, 45 mm, dan 20 mm, dengan ukuran tinggi/panjang dibuat proporsional.

2. Satu buah CD-ROM berisi:

a) Softcopy artwork logo dengan format yang umum, seperti Adobe Photoshop, Adobe Illustrator atau Corel Draw. File tersebut harus dapat dibuka oleh panitia lomba. Khusus file Adobe Photoshop harus dalam resolusi tinggi (300 dpi).

b) Satu buah file JPG 300 dpi, dengan dimensi maksimal 100 x 100 mm.

c) Satu buah file JPG 72 dpi, dengan dimensi maksimal 500 x 500 pixel.

d) File-file pendukung lainnya (seperti dokumen, font, dll.) dapat ikut disertakan di dalam CD-ROM ini di dalam folder terpisah.

3. Penjelasan/narasi mengenai desain logo yang bersangkutan, diprint di atas satu lembar kertas berukuran A4.

4. Formulir peserta lomba yang sudah terisi lengkap.

Ø Materi lomba dimasukkan ke dalam sebuah amplop coklat dan diserahkan kepada Sdri. Kiki di Bagian Humas/Sekretariat LK Budi Kemuliaan, Jakarta.

Ketentuan Desain Logo

Ø Tema : “Melayani Insan Bermartabat Dengan Cara Bermartabat”.

Ø Mengandung falsafah, tata nilai, visi dan misi LK Budi Kemuliaan.

Ø Mencerminkan semangat Lembaga Kesehatan Budi Kemuliaan.

Ø Menarik, inovatif, sederhana dan mudah diingat.

Ø Logo yang dibuat harus dapat diaplikasikan ke berbagai media dengan berbagai ukuran, seperti billboard hingga kop surat.

Ø Logo yang dibuat merupakan ide asli (bukan saduran/jiplakan) , dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya atau diikutsertakan dalam sayembara lainnya.

Ø Penjelasan makna logo diketik secara terpisah.

Ø Peserta diberi kebebasan untuk mengusulkan jenis warna sebagai warna korporasi yang berkaitan dengan falsafah, tata nilai, visi dan misi LK Budi Kemuliaan Jakarta.

Ø Karya pemenang sepenuhnya menjadi hak milik Lembaga Kesehatan Budi Kemuliaan di mana LK BK berhak untuk menampilkan logo tersebut di media apapun yang mengkomunikasikan Lembaga Kesehatan Budi Kemuliaan.

Ø LK Budi Kemuliaan Jakarta akan menjajaki kerjasama dengan pemenang untuk menyempurnakan logo hasil karya pemenang, serta menyusun standar aplikasi logo untuk identitas korporasi.

Kriteria Penilaian

Ø Penilaian logo akan dilakukan oleh tim juri yang kompeten.

Ø Penilaian Dewan Juri terhadap hasil karya antara lain:

1. Orisinalitas karya

2. Relevansi logo dengan tema

3. Kreativitas

4. Kandungan falsafah, tata nilai, visi dan misi LK Budi Kemuliaan di dalam logo

Ø Juri akan mempertimbangkan ketepatan logo dengan falsafah, tata nilai, visi, misi LK Budi Kemuliaan.

Peraturan Umum

Ø Keputusan dewan juri adalah mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.

Ø Dewan juri berhak untuk membatalkan keseluruhan proses penjurian apabila seluruh karya yang masuk dianggap tidak memenuhi kriteria yang diinginkan dan akan dilakukan sayembara ulang.

Ø Panitia hanya menentukan 1 (satu) desain logo sebagai salah satu pemenang dari 3 nominasi.

Ø Panitia tidak melakukan korespondensi.

Ø Pajak hadiah ditanggung oleh pemenang.

Hadiah Pemenang :

Ø 1 (satu) hadiah sebagai salah satu Pemenang dari 3 nominasi, sebesar Rp. 20.000.000,-

Ø 2 (dua) hadiah nominasi berikutnya sebesar @ Rp. 2.500.000,-

Pengumuman Pemenang akan disampaikan pada 29 Maret 2010 melalui:

Ø Website LK BK Jakarta www.rsbbudikemuliaan.com

Ø Papan pengumuman di depan Humas LK BK.



Nah untuk detail info bisa dilihat di website http://www.rsbbudikemuliaan.com/sayembara.php3
(images taken from gettyimages)
Let's shine like gold in the air of summer. La la la la la...

Sunday, February 07, 2010

Book Cover - Diari Tak Tertulis

Awalnya, iseng-iseng diminta seorang temen bikinin cover buat bukunya. Pas kebetulan lagi passionate and lagi pengen banget belajar design men-design. Berbekal tutorial Photoshop di website, coba-coba dan voila. Kun Fayakun. Jadilah! :p

Konsepnya sih, nunjukkin spirit si penulis yang isi kepalanya begitu penuh dengan pemikiran-pemikirannya. Penulis memang seorang yang berapi-api! Saking banyaknya yang ingin ia tulis, sampai terkadang banyak sekali yang tidak sempat atau tidak bisa tertuang dalam tulisan. Jadi, inilah dia sodara-sodarrra...tererett tereeett...my 1st baby born design

Diari Tak Tertulis oleh Ding Widi.

*courtesy of shyntako

Surga Di Bawah Telapak Kaki Ibu

Saatnya mudik, saatnya piknik. Itulah yang ada di dalam benak bocah-bocah ini. Hanya bermain di pinggiran kali yang kotor adalah sebuah kemewahan tersendiri. Pengalaman ini tentunya tidak akan didapatkan di perkotaan dengan sungai-sungainya yang mengalir seperti kubangan susu coklat.
*courtesy of I-Am-Shyn

Momen Lebaran memang kadang memiliki daya magis sendiri. Dan
terkadang menyelipkan sebuah makna religius yang dalam. Momen ini berhasil saya abadikan, ketika Iki, keponakan saya dengan tulusnya mencuci kaki Ibunya sembari berujar, "Kata Bu Guru, Surga Ada Di Bawah Telapak Kaki Ibu, jadi Aa cuci ya kaki Mama". Sebuah ucapan polos dan tulus yang semakin langka terucap dari mulut seorang anak di jaman ini.



Sun Bathing di Sumedang

Mudik selalu membawa cerita. Dulu, mudik selalu menjadi hal paling membosankan buat saya. Tapi, setelah memiliki kamera digital, saya jadi lebih bersemangat bereksplorasi memotret pemandangan di sekitar rumah Kakek Nenek saya. Bahkan, tak jarang kami pun makan bareng-bareng di saung di tengah sawah dan kolam ikan.

Siang itu, Desember 2009 kemarin, selepas jadi juru foto di pernikahan sepupu, saya pun beranjak ke saung untuk melepaskan penat. Tidak lupa tentunya kamera kesayangan pun di tangan. Saya mulai bereksplorasi. Jeprat...jepret. Satu persatu objek di sekitar saya pun saya potret. Tanpa sadar, ada 2 bocah kampung sedang asyik berenang di kolam di samping saung.
Tepat ketika saya mulai bosan, rupanya mereka pun kelelahan dan berbaring di atas jalan tembok setapak di pinggir kolam. Saat saya membidikkan kamera ke arah mereka, mereka pun tersipu malu, namun tetap 'stay cool'.
*courtesy of i-am-shyn

Ternyata, tidak perlu jauh-jauh untuk bermandikan matahari. Tidak perlu ke Bali, karena sun bathing pun bisa dilakukan di Sumedang. :p

Project 1 Day 1 Story #1: The Little Girl


There she is, the little girl. She stands still, there’s no essential movement. She stared straightly to a little boy inside the store across the road. Her eyes wildly followed every single move of that little boy inside. Suddenly, she smiled. Read her lips, “Dear God, today I want to be that little boy.”

There she is, the little girl. She gets into the store. She walks toward the little boy. He kicks the trolley, she did the same. He cries on the floor, she did the same. He finally stops crying and realize that there’s something wrong with this little girl in front of her. He stares at the little girl, he’s getting terrified. He run away to her mom, the little girl keeps sitting on the floor. She smiles in such a freaky way, her eyes wildly searching around for her next victim to be imitated.

There she is, the little girl. Today, she’s a little boy. Yesterday, she was her mom. Last year, she was a whore. This year, let’s just hope that she finally could be her very own self.


*picture taken from Getty Images

There she is, the little girl. She’s a poor girl, poor of personality. All she can do is to imitate others. Each and everyday she could be anyone she wants. Could be me, or it’s could even be you. And the worse thing, you won’t even notice it. How creepy is that?




Project 1 Day 1 Story

Inspired by one of my friend, I'd like to accelerate a project called 1 Day 1 story through a year. Walo udah bulan Februari, belum ada kata terlambat bukan? Yeah, 2010 see me rising up..it's time to create things ^^,


Love the spirit, keep up the spirit.


Regards,
I-Am-Shyn