Wednesday, April 14, 2010
Kawah Putih Tutup, Situ Patenggang Pun Manstuff!
Thursday, March 18, 2010
Cinderella & The Black Bra
Baru 5 detik ia menikmati kemewahan mencaci dirinya sendiri. Tiba-tiba… “Cin…bawa bir-bir itu kesini!”, suara parau yang khas akibat kebanyakan merokok dari sang Ibu Tiri melengking menggema dan memantul dari setiap dinding rumah itu, dan tujuannya hanya satu, masuk ke telinga Cinderella.
Cinderella menggerutu, menggumam sembari membawa sekerat bir ke ruang judi tempat favorit sang Ibu Tiri memperdaya lelaki-lelaki hidung belang yang bodoh itu. Entah bodoh, entah terlalu mabuk. Aku pun tak peduli. Aku meletakkan sekerat bir itu di meja, ketika sebuah tangan penuh bulu-bulu kasar, keriting dan lebat berusaha memelukku. Untungnya sang Ibu Tiri segera menghardik pria itu dan menyerang ego kelelakiannya. “Hey tua bangka, seleramu ternyata seorang budak hah?!”. Pria itu mendengus di tengkukku dan tercium semilir bau busuk alkohol bercampur rokok. Dalam hati aku berterima kasih pada ibu tiriku dan segera kembali ke istanaku. Ruang bawah tanah.
Aku bergegas melewati kamar saudari tiriku yang tertua, Diana. Terdengar jelas suara desahannya dari dalam kamar. Dasar jalang! Entah itu pria atau mungkin wanita keberapa yang memuaskan nafsunya untuk hari ini. Dia tidak peduli, pria atau wanita, yang penting mereka membawanya ke puncak surga dunia. Mendengar hal itu, membuatku semakin ingin muntah. Ah, akhirnya sampai juga di istanaku yang lembab, pengap dan bau busuk.
“Ibu peri! Hei ibu peri! Kalau kau memang ada! Muncullah!”, aku ingin tertawa sendiri mendengar kata-kata ini meluncur dari bibirku. Aku tidak percaya hal gaib, tapi tidak ada salahnya bukan mencari setitik harapan. Aku menunggu. 5 detik. 10 detik. 15 menit.
Baru saja aku akan membodoh-bodohi diriku sendiri karena dengan bodohnya berharap masih ada Ibu Peri di jaman seperti ini. Tiba-tiba, terdengar suara gamelan Jawa yang membuat bulu kudukku berdiri. Bukankah tadi aku memanggil Ibu Peri dan bukannya Nyi Roro Kidul?!
Sekonyong-konyongnya, aku melongo. Melihat sesosok perempuan dengan rambut yang disasak tinggi-tinggi, bermake-up tebal, dan berkebaya. Seketika pula istana bawah tanahku dipenuhi harum parfum DKNY Apple Be Delicious, persis seperti milik Diana. Tiba-tiba, suaranya menyadarkan keterngangaanku.
“Hai Cin…sori yaa telat, maklum tadi abis arisan para Ibu Peri, Cin. Anyway, by the way, busway, apa yang bisa Ibu Peri Bantu?”, tanyanya sambil mengikir kukunya. Ah, akhirnya ada sedikit harapan. “Bantu aku untuk keluar dari sini, aku sudah muak menjadi Cinderella yang ditindas. Oke Ibu Peri, layaknya di cerita Cinderella, berikan aku gaun yang indah, dan kereta kuda dan pertemukan aku dengan seorang Pangeran baik hati!”, ucapku mantap tanpa basa-basi ba-bi-bu.
Di luar dugaan, ia tertawa sejadi-jadinya. “Hahaha. Cin…cin, kamu kebanyakan denger cerita sebelum tidur ya. Itu mah basi. Hello, ini 2010 loh Cin! Oke, oke, gini aja sekarang aku akan kasih kamu sedikit keajaiban 2010.”, ucapnya.
Seketika alunan gamelan Jawa kembali terdengar. Menyeramkan. Segumpalan asap putih berkilap-kilap menyelimutiku. Dalam hati aku menggerutu. Hello, 2010 kok masih gamelan Jawa?. Ia membuka salah satu matanya yang terpejam dan ia berkata, “Hei, aku denger loh.”
Tiba-tiba, aku sudah berada di halaman rumah dan memakai gaun seksi yang mewah layaknya koleksi para designer berkelas dunia. Dan disampingku terparkir sebuah limousine mewah, lengkap dengan seorang supir berkelas yang memperlakukanku layaknya kalangan ningrat. Dan di tanganku, sebuah undangan mewah Gala Dinner kalangan ningrat.
“Oke, gaun seksi itu dan limousine semuanya jadi 5000 US dollar.”, ucapnya sambil tersenyum. Ia seperti bisa membaca sebuah tanda tanya besar di atas kepalaku. “Hello, ini tahun 2010. Gak ada yang gratis lah!”. What! Aku melotot. Tidak pernah terlintas dalam pikiranku, aku akan bertemu dengan Ibu Peri yang matre seperti yang satu ini. “Yaa, kalo km gak sanggup saya sih bisa kasih kamu yang gratisan. Tapi yaa, saya gak jamin aja akan ada esmud yang bakalan ngelirik kamu di Gala Dinner nanti dan merubah hidup kamu.”, ia memejamkan matanya dan kembali segumpalan asap putih berkilap-kilap menyelimutiku diiringi suara alunan gamelan Jawa.
Gaun seksi nan mewah berganti menjadi gaun murahan bekas dari tumpukan baju di Pasar Poncol, Senen. Limousine beserta supir berkelas pun lenyap, berganti sepeda Bike-to-Work yang untungnya masih terlihat bagus. Seketika wajahku memanas, memerah layaknya kepiting yang dibakar hingga well done. “Kampret!”, umpatku.
Aku memutar otak dan langsung teringat satu-satunya yang tersisa dari Ayahku. Sebuah kalung mewah yang selama ini kusembunyikan dari pandangan mata keluarga tiriku. Aku menyodorkan kalung itu, ia melirik dengan dagu terangkat tinggi. Ya Tuhan, sombong sekali Tante Peri ini. Ups, maksudku Ibu Peri. “Hmm, okelah kalo begitu.”, ia menyeringai bagai serigala yang akan memangsa domba kecil yang tak berdaya. Dan seketika, kembali lagi semua kemewahan tadi. Ia tersenyum, dan menjentikkan jarinya. “Karena Ibu Peri baik hati, aku kasih kamu bonus nih, yang akan membuatmu terlihat semakin menawan di depan Sang Milyuner muda.”, ia mengedipkan matanya dan membuatku semakin jengah. Sebuah bra hitam elegan, dengan bordiran yang mewah. Sangat indah, aku sendiri terpesona melihatnya.
“Nah, sekarang pergilah. Raihlah kehidupan barumu. Mimpimu. Tapi Cin…ingat, kamu harus pulang ketika malam sedang berada di puncak kegelapannya. Jam 12 malam. Tepat di saat semua keajaiban ini akan berakhir dan sisanya biarkan takdir yang akan datang menjemputmu.”, usai mengucapkan pesan terakhirnya, Ibu Peri pun melengos pergi dengan matanya yang berbinar-binar kehijauan tak lepas sedikit pun dari kalung peninggalan Ayahku.
Tidak menyia-nyiakan waktu, aku segera masuk ke dalam limousine. Dan pak supir pun langsung membawaku ke tempat Gala Dinner berlangsung. Aku membuka rooftop, dan terlihat sinar bulan yang indah menghinotisku. Bagaikan aktris teater yang sedang berlaga, sinar bulan menyusuri lekuk tubuhku layaknya lampu sorot, mengikuti gerak tubuhku yang sedang berusaha mengenakan bra hitam tadi. Aku menangkap bayanganku sendiri di cermin. Aku terkesima. Indahnya.
Begitu tiba, aku disambut layaknya seorang putri dari keluarga ningrat. Hamparan karpet merah menghantarkanku ke ballroom tempat pesta berlangsung. Semua mata tertuju padaku. Tidak terkecuali, William, sang milyuner muda yang seperti terhipnotis dan berjalan ke arahku.
Jantungku berdegup, memompa darah ke seluruh tubuhku dengan cepat. Ya Tuhan, semoga wajahku tidak memerah. Detik-detik selanjutnya bergulir bagaikan dadu yang bergulir pasti di meja judi. Kami berbicara, kami tertawa, kami berdansa. Kami pun jatuh cinta. Ia mengajakku ke rooftop, tempat pelarian pribadinya katanya saat semua orang menaruh beban berat di pundaknya. Sinar bulan kembali menghipnotis dua insan yang tengah diguyur asmara. Kami saling terpaut, berpagutan, bergulat di antara garis tipis antara cinta dan nafsu.
Tiba-tiba, terdengar suara dentuman jam besar yang mengembalikan kewarasanku. Aku bergegas mengenakan gaunku. Dan pergi meninggalkan William. Shit! My bra! Ah, sudahlah, aku tidak ada waktu lagi. Selamat tinggal William, semoga takdir akan membawamu menjemputku.
The Story of I, am and writer
One day, a thought crossed in ‘I’ mind. Why ‘am’ being putted on the first place? Why can’t ‘I’ being the first one. In fact, she’s come first before ‘am’, right? Her ego started to take control. She confronts ‘am’, asking for her first place position. ‘Am’ shocked, they never thought ‘I’ would be acting like this. ‘I’ keep pushing ‘am’ to move aside. ‘Am’ trying hard to act calmly. They keep their mouth shut. Until one day, ‘I’ say something that really pissed ‘am’. Brokenhearted into pieces, ‘am’ leaving ‘I’.
Then, another newcomer comes in the blank. A word named writer. I and writer meet their chemistry somewhere along the way. I finally get what she wants. She is always being placed at first place by writer. But, somehow writer feels there something missing between them. Writer tries to figure out. Day slipped into night, and night swept into new day. But still he couldn’t find the missing thing. As writer walk along the corner of the blank, he found the missing thing between him and ‘I’.
Stop Domestic Violence!

(pictures taken from gettyimages)
Ikut Lomba Siapa Tau Menang 20 Juta
SYARAT-SYARAT LOMBA DESAIN LOGO
LEMBAGA KESEHATAN BUDI KEMULIAAN
Syarat Lomba
Ø Lomba terbuka untuk masyarakat umum, merupakan Warga Negara
Ø Setiap peserta berhak mengirimkan lebih dari 1 logo dengan formulir terpisah.
Ø Peserta wajib mendaftarkan diri dengan mengisi formulir yang dapat diperoleh di Bagian Humas/Sekretariat LK Budi Kemuliaan. Di dalamnya terdapat pernyataan mengenai orisinalitas karya peserta serta syarat dan ketentuan lainnya.
Ø Karya yang dikirimkan harus karya asli yang dibuat oleh peserta, tidak pernah dimuat di dalam media apa pun, tidak pernah diikutsertakan dalam lomba sejenis, dan tidak pernah digunakan sebagai logo event atau organisasi lainnya.
Ø Seluruh materi desain logo harus diterima panitia lomba selambat-lambatnya tanggal 24 Maret 2010 pukul 12.00 WIB.
Ketentuan Lomba
Ø Materi lomba terdiri dari:
1. Desain logo yang tercetak di atas satu lembar art paper berukuran A3. Di dalam lembar itu, terdapat 3 buah logo berwarna (full color) yang tersusun rapi dari kiri ke kanan. Ukuran lebar masing-masing logo tersebut adalah 100 mm, 45 mm, dan 20 mm, dengan ukuran tinggi/panjang dibuat proporsional.
2. Satu buah CD-ROM berisi:
a) Softcopy artwork logo dengan format yang umum, seperti Adobe Photoshop, Adobe Illustrator atau Corel Draw. File tersebut harus dapat dibuka oleh panitia lomba. Khusus file Adobe Photoshop harus dalam resolusi tinggi (300 dpi).
b) Satu buah file JPG 300 dpi, dengan dimensi maksimal 100 x 100 mm.
c) Satu buah file JPG 72 dpi, dengan dimensi maksimal 500 x 500 pixel.
d) File-file pendukung lainnya (seperti dokumen, font, dll.) dapat ikut disertakan di dalam CD-ROM ini di dalam folder terpisah.
3. Penjelasan/narasi mengenai desain logo yang bersangkutan, diprint di atas satu lembar kertas berukuran A4.
4. Formulir peserta lomba yang sudah terisi lengkap.
Ø Materi lomba dimasukkan ke dalam sebuah amplop coklat dan diserahkan kepada Sdri. Kiki di Bagian Humas/Sekretariat LK Budi Kemuliaan, Jakarta .
Ketentuan Desain Logo
Ø Tema : “Melayani Insan Bermartabat Dengan Cara Bermartabat”.
Ø Mengandung falsafah, tata nilai, visi dan misi LK Budi Kemuliaan.
Ø Mencerminkan semangat Lembaga Kesehatan Budi Kemuliaan.
Ø Menarik, inovatif, sederhana dan mudah diingat.
Ø Logo yang dibuat harus dapat diaplikasikan ke berbagai media dengan berbagai ukuran, seperti billboard hingga kop surat.
Ø Logo yang dibuat merupakan ide asli (bukan saduran/jiplakan) , dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya atau diikutsertakan dalam sayembara lainnya.
Ø Penjelasan makna logo diketik secara terpisah.
Ø Peserta diberi kebebasan untuk mengusulkan jenis warna sebagai warna korporasi yang berkaitan dengan falsafah, tata nilai, visi dan misi LK Budi Kemuliaan Jakarta.
Ø Karya pemenang sepenuhnya menjadi hak milik Lembaga Kesehatan Budi Kemuliaan di mana LK BK berhak untuk menampilkan logo tersebut di media apapun yang mengkomunikasikan Lembaga Kesehatan Budi Kemuliaan.
Ø LK Budi Kemuliaan Jakarta akan menjajaki kerjasama dengan pemenang untuk menyempurnakan logo hasil karya pemenang, serta menyusun standar aplikasi logo untuk identitas korporasi.
Kriteria Penilaian
Ø Penilaian logo akan dilakukan oleh tim juri yang kompeten.
Ø Penilaian Dewan Juri terhadap hasil karya antara lain:
1. Orisinalitas karya
2. Relevansi logo dengan tema
3. Kreativitas
4. Kandungan falsafah, tata nilai, visi dan misi LK Budi Kemuliaan di dalam logo
Ø Juri akan mempertimbangkan ketepatan logo dengan falsafah, tata nilai, visi, misi LK Budi Kemuliaan.
Peraturan Umum
Ø Keputusan dewan juri adalah mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.
Ø Dewan juri berhak untuk membatalkan keseluruhan proses penjurian apabila seluruh karya yang masuk dianggap tidak memenuhi kriteria yang diinginkan dan akan dilakukan sayembara ulang.
Ø Panitia hanya menentukan 1 (satu) desain logo sebagai salah satu pemenang dari 3 nominasi.
Ø Panitia tidak melakukan korespondensi.
Ø Pajak hadiah ditanggung oleh pemenang.
Hadiah Pemenang :
Ø 1 (satu) hadiah sebagai salah satu Pemenang dari 3 nominasi, sebesar Rp. 20.000.000,-
Ø 2 (dua) hadiah nominasi berikutnya sebesar @ Rp. 2.500.000,-
Pengumuman Pemenang akan disampaikan pada 29 Maret 2010 melalui:
Ø Website LK BK Jakarta www.rsbbudikemuliaan.com
Ø Papan pengumuman di depan Humas LK BK.
Nah untuk detail info bisa dilihat di website http://www.rsbbudikemuliaan.com/sayembara.php3

Let's shine like gold in the air of summer. La la la la la...
Sunday, February 07, 2010
Book Cover - Diari Tak Tertulis
Konsepnya sih, nunjukkin spirit si penulis yang isi kepalanya begitu penuh dengan pemikiran-pemikirannya. Penulis memang seorang yang berapi-api! Saking banyaknya yang ingin ia tulis, sampai terkadang banyak sekali yang tidak sempat atau tidak bisa tertuang dalam tulisan. Jadi, inilah dia sodara-sodarrra...tererett tereeett...my 1st baby born design
Diari Tak Tertulis oleh Ding Widi.

*courtesy of shyntako
Surga Di Bawah Telapak Kaki Ibu

*courtesy of I-Am-Shyn
Momen Lebaran memang kadang memiliki daya magis sendiri. Dan terkadang menyelipkan sebuah makna religius yang dalam. Momen ini berhasil saya abadikan, ketika Iki, keponakan saya dengan tulusnya mencuci kaki Ibunya sembari berujar, "Kata Bu Guru, Surga Ada Di Bawah Telapak Kaki Ibu, jadi Aa cuci ya kaki Mama". Sebuah ucapan polos dan tulus yang semakin langka terucap dari mulut seorang anak di jaman ini.
Sun Bathing di Sumedang
Siang itu, Desember 2009 kemarin, selepas jadi juru foto di pernikahan sepupu, saya pun beranjak ke saung untuk melepaskan penat. Tidak lupa tentunya kamera kesayangan pun di tangan. Saya mulai bereksplorasi. Jeprat...jepret. Satu persatu objek di sekitar saya pun saya potret. Tanpa sadar, ada 2 bocah kampung sedang asyik berenang di kolam di samping saung. Tepat ketika saya mulai bosan, rupanya mereka pun kelelahan dan berbaring di atas jalan tembok setapak di pinggir kolam. Saat saya membidikkan kamera ke arah mereka, mereka pun tersipu malu, namun tetap 'stay cool'.

Ternyata, tidak perlu jauh-jauh untuk bermandikan matahari. Tidak perlu ke Bali, karena sun bathing pun bisa dilakukan di Sumedang. :p
Project 1 Day 1 Story #1: The Little Girl
There she is, the little girl. She stands still, there’s no essential movement. She stared straightly to a little boy inside the store across the road. Her eyes wildly followed every single move of that little boy inside. Suddenly, she smiled. Read her lips, “Dear God, today I want to be that little boy.”
There she is, the little girl. She gets into the store. She walks toward the little boy. He kicks the trolley, she did the same. He cries on the floor, she did the same. He finally stops crying and realize that there’s something wrong with this little girl in front of her. He stares at the little girl, he’s getting terrified. He run away to her mom, the little girl keeps sitting on the floor. She smiles in such a freaky way, her eyes wildly searching around for her next victim to be imitated.
There she is, the little girl. Today, she’s a little boy. Yesterday, she was her mom. Last year, she was a whore. This year, let’s just hope that she finally could be her very own self.

*picture taken from Getty Images
There she is, the little girl. She’s a poor girl, poor of personality. All she can do is to imitate others. Each and everyday she could be anyone she wants. Could be me, or it’s could even be you. And the worse thing, you won’t even notice it. How creepy is that?
Project 1 Day 1 Story
Love the spirit, keep up the spirit.
Regards,
I-Am-Shyn